11 Mei 2008

Bagaimanapun

Siang hari yang cerah dengan sinar mentari yang ramah serta semilir angin yang menyejukkan. Dari beranda sebuah rumah yang bepagar coklat berdiri seorang ibu yang cantik, ramah, dan bijaksana.
" Ratna ayo pulang!" teriak ibu itu memanggil seorang teman yang sedang bermain bersamaku.
" Ya bu... sebentar lagi!" jawab temanku itu tanpa mengalihkan pandangannya dari boneka cantik yang dipegangnya.
" Yuk, kita pulang sekarang!. Ibumu benar sudah siang dan kita harus tidur karena PR kita banyak sekali", kataku.
" Ah... kamu ini PR seperti itukan mudah sekali kenapa harus dikerjakan!" jawabnya dengan nada yang ketus.
Tapi aku membiarkannya karena aku tahu dia baru akan berdiri dan pulang setelah ibunya datang menjemputnya. Aku pulang lebih dulu dan sesampainya aku dirumah , aku melihat Ratna telah pulang bersama ibunya. Memang begitulah Ratna seorang gadis kecil yang penuh semangat, ceria, cerdas dan pintar disekolah dia selalu unggul tapi dia sering tidak patuh pada peraturan. Saat itu kita kelas 4 SD, ayahnya adalah seorang pengusaha yang sukses sehingga semua kebutuhannya tak satupun yang tak terpenuhi apalagi dia anak tunggal itu membuat dia sangat disayangi oleh kedua orang tuanya. Tak pernah aku melihatnya kesusahan karea uang. Bulan demi bulan berlalu, tahun demi tahun berganti dan akhirnya kita lulus dan kami melanjutkan ke SMP yang sama . Dalam liburan kelulusan sekolah kami mengadakan sebuah acara perkemahan diluar kota .
" Wah... keren kita liburan!" teriaknya sangat senang.
Dari awal perjalanan dia tidak pernah berhenti bicara dan bernyayi dengan suara yang cukup keras.
" Rat.. tolong kecilkan suaramu ya kasihan teman-teman yang lain mereka tidak bisa tidur nyenyak, mereka pasti kecapekan", aku mencoba membuatnya berhenti bicara dan bernyanyi karena aku yang paling terganggu dengan duduk disebelahnya.
" Kenapa ini liburan , kita bebas dan waktunya untuk bersenang-senang!", teriaknya semakin keras.
" Aku nyaman, kenapa kamu ingin membuatku tidak nyaman dan aku akan menangis sambil berlari pulang?" tambahnya.
Tapi kat-katnya itu tidak kuhiraukan karena aku benar-benar mengantuk , dia memang seperti itu jika dia merasa nyaman dia takkan meneteskan air mata dan apapun yang terjadi dia akan tetap akan berada berada disana. Liburanpun usai kita mulai masuk sekolah baru dengan seragam baru dan teman-teman baru, tapi aku satu kelas lagi bersama Ratna. Ratna masih seperti dulu waktu SD suka bergaul, bermain, dan selalu menyepelekan tugas dari sekolah. Saat itu aku tidak begitu memperdulikannya dengan sikapnya yang seperti itu karena walaupun dia sering ditegur oleh guru pada saat kelulusan kita berdua bisa lulus dengan nilai yang cukup memuaskan. Tapi saat di SMA kami tidak lagi satu kelas .
" Hai Rat, dari mana?" sapaku saat melihatnya berjalan dari arah yang berlawanan.
" Hai, aku dari ruang kepala sekolah", jawabnya.
" Memang ada apa?" tanyaku.
" Tidak ada apa-apa", jawabnya datar.
" Bagaimana dengan teman-teman sekelasmu?" tanyaku untuk membuat suasana terasa lebih nyaman.
" Semuanya baik dan aku harus kembali", jawabnya tanpa respon yang bagus.
" Ya...!" jawabku dan dia pun pergi dari hadapanku.
Aku tidak pernah melihatnya seperti itu, sepertinya dia baru saja mendapatkan masalah dan pada hari berikutnya aku baru tahu kalau dia diliburkan selama 5 hari. Sejak saat itu aku mencoba seperti dulu lagi, kita selalu bersama-sama. Saat pulang sekolah, diujung jalan tidak jauh dari sekolah suasananya sangat gaduh dan kacau tidak seperti biasanya.
" Ada apa itu?" tanya Ratna kepadaku.
" Tawuran", jawabku cepat.
" Dengan anak mana dan apa masalahnya?" Tanya Ratna bertubi-tubi.
" Aku tidak tahu, sepertinya dengan anak dari sekolah swasta", jelasku.
Ratna terlihat sangat terkejut dan ketakutan karena dari dulu dia tidak pernah memperdulikan keadaan sekitarnya yang membuatnya merasa tidak nyaman, tapi saat itu di depan matanya telah ada beberapa teman kita yang meninggal karena perkelahian itu. Hanya berjarak beberapa hari setelah kejadian itu ayahnya masuk rumah sakit karena serangan jantung dan akhirnya beliau tidak dapat ditolong lagi. Hidupnya kini sungguh jauh berbeda dari dulu yang serba terpenuhi apalagi keadaan ibunya juga yang sering sakit-sakitan karena kelelahan bekerja, Ratna terpaksa berhenti sekolah saat kenaikkan kelas 3 dikarenakan sudah tidak ada biaya lagi dan sekarang dia harus menggantikan ibunya bekerja.
" Rat, sabar dan tetap semangat menjalani hidup ini ya!" aku mencoba memberikan semangat untuknya.
" Ya! Aku ingat saat kita bermain bersama, saat ayah masih disini dan saat aku, ayah dan ibu tinggal dirumah yang dulu, tapi sekarang semuanya berbeda semuanya tidak sama lagi walau apapun yang akan terjadi", suaranya penuh dengan rasa penyesalan.
" Ya memang semuanya tidak akan bisa sepenuhnya kembali seperti dulu lagi, tapi kita masih punya banyak untuk diberikan dan dilakukan jadi jangan kamu menyerah dan kalah", ucapku untuk menumbuhkan semangatnya yang dulu lagi.
Ratna hanya diam sepertinya di benaknya telah terlintas sesuatu dari hasil pernyataanku yang mungkin telah merubah pemikirannya, tapi tiba-tiba keluar dari mulutnya sebuah perkataan.
" Ya... kamu benar walaupun hidup ini sulit aku akan terus maju sambil tersenyum dan memainkan setiap kartu kehidupan ini degan baik!" dia menyetujui pernyataanku.
" Selain itu kita harus memberi semampu kita, membantu sesama dan mencintai, semua ini tidak ada yang kekal dan penderitaanmu pasti akan berakhir!" tambahku.
" Ya.. Allah pasti memberiku kekuatan untuk melewati cobaan ini, jadi kamu maukan mendukung dan meberi aku semangat untuk menjalani semua ini?" suaranya mulai terdengar optimis.
" Ya! Dengan bersama -sama semuanya akan menjadi lebih ringan", jawabku.
Bukan hanya dengan sahabat tapi juga dengan semua orang seharusnya kita ingat untuk peduli dan merasakan bukan membuat diri kita merasa nyaman tapi orang lain terganggu. Bukan hanya penderitaan yang akan berakhir tapi kebahagiaan di dunia pun akan pergi dengan datangnya masah karena keduanya akan silih berganti dan semua yang ada di atas bumi ini tidak ada yang kekal.